Gunung api adalah tumpukan material yang menumpuk di permukaan bumi akibat dari adanya letusan yang keluar dari sebuah kepundan/lubang tempat keluarnya batuan cair (magma) dan gas ke permukaan bumi. Atau tempat munculnya leleran/rempah lepas yang berasal dari bagian dalam bumi.
Jumlah gunung api Indonesia mencapai 129 atau setara 13% dari jumlah gunung api yang ada di dunia. Tidak semua gunung api Indonesia pernah meletus, namun berdasarkan kenampakan ceritatakan sebagai gunung api.
PVMBG membagi gunung api Indonesia memiliki 3 tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C.
Gunung api tipe A adalah gunung api yang pernah meletus atau meningkat kegiatannya sejak tahun 1.600 sampai sekarang. Tahun 1.600 dibuat sebagai patokan mungkin karena saat itu para naturalis dari Belanda melakukan pencatatan. Tipe A ini sebanyak 78 gunung.
Gunung api tipe B, tidak memiliki sejarah letusan sejak tahun 1.600 atau sebelumnya, tetapi terdapat lubang bekas letusan (kawah yang tidak aktif) di kawah atau puncaknya. Tipe B ada 30 gunung.
Gunung api tipe C adalah tipe gunung api yang hanya memiliki tanda tanda aktifitas seperti panas bumi (solfatara, fumarola) dipermukaannya, tetapi tidak memiliki sejarah letusan sejak tahun 1.600 atau sebelumnya maupun lobang letusan di puncak/tubuhnya. Tipe ini sebanyak 21 gunung.
Dari kenyataan yang bisa dilihat secara kasat mata, maka gunung yang mempunyai potensi letusan adalah gunung dengan tipe A. Dalam sejarah belum tercatat ada letusan untuk tipe B dan tipe C, namun demikian tidak tertutup kemungkinan gunung-gunung yang ada pada kedua tipe ini meletus setelah mengalami “tidur panjang”.
Gunung-gunung itu tersebar diberbagai tempat di Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api ( “ring of fire” ). Jumlah gunung api aktif Indonesia mencapai 129 atau setara 13% dari jumlah gunung api yang ada di dunia.
ANCAMAN DARI GUNUNG BERAPI
ALIRAN LAVA adalah cairan larutan silika pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi melalui kawah gunungapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Bila cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran seperti sungai melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti: lava ropi atau lava blok. Umumnya di Indonesia membentuk lava blok. Bila agak kental, akan mengalir tidak jauh dari sumbernya membentuk kubah lava dan pada bagian pinggirnya membeku membentuk blok-blok lava tetapi suhunya masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas guguran dari lava.
AWAN PANAS/ALIRAN PIROKLASTIK ATAU WEDUS GEMBEL merupakan merupakan aliran material campuran terdiri dari gas, abu vulkanik dan batuan yang pijar bersuhu tinggi lebih dari 600 derakjat Celcius dengan kecepatan luncur lebih dari 100 km/jam. Awan panas ini dapat dihasilkan langsung dari letusan gunungapi atau akibat gugurnya lava yang masih panas mengalir melalui lembah sungai. Dulu awan panas G Mearpi berasal dari guguran lava pijar sehingga arahnya jels menuju ke sungai di dekatnya. Tahun 2010 merepi meletus sehingga awan pijar terbentuk di sekeliling kerucut gunung api.
ABU/PASIR VULKANIK atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan keudara saat terjadi suatu letusan, terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar (bongkah - kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah, dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km, dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Sebagai contoh letusan G. Krakatau 1883 dapat mengitari bumi berhari-hari, juga letusan G. Galunggung 1980 dapat mencapai Australia.
GAS VULKANIK adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunungapi, umumnya dikeluarkan saat terjadi letusan freatik, contoh gas vulkanik adalah gas Carbon monooksida (CO), Carbon dioksida (CO2), Gas hidrogen sulfida (H2S), gas sulfur dioksida (SO2), gas nitrogen (N2, NO2), dan lain-lain Sebagian besar gas ini beracun karena sifatnya dan karena volumenya.
HUJAN LUMPUR terjadi bila di kawah terdapat danau, maka bila terjadi suatu letusan dapat menghasilkan hujan lumpur.
LAHAR LETUSAN terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah seperti di G. Kelut, saat letusan tahun 1966, banyak korban di daerah Blitar karena adanya lahar letusan yang bersuhu diatas 100 C melanda daerah tersebut.
BANJIR LAHAR DINGIN terjadi pada suatu gunungapi yang baru meletus sehingga banyak material lepas hasil letusan disekitar puncak terhanyutkan oleh air hujan, sehingga aliran sungai itu terdiri dari larutan material vulkanik mulai dari halus sampai kasar (bongkah) bercampur dengan batuan lama disekitar lembah dan mengalir serta merusak semua tempat yang dilewatinya dan, yang kemudian diendapkan pada daerah lebih landai atau diendapkan di laut.
STATUS BAHAYA GUNUNGAPI
AKTIF NORMAL (LEVEL I) Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan
WASPADA (LEVEL II) Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya
SIAGA (LEVEL III) Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/ pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan
AWAS (LEVEL IV) Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama
PETA KAWASAN RAWAN BENCANA (KRB)
Daerah yang berpotensi terlanda bahaya letusan terdiri dari 3 (tiga) kawasan, yaitu:
1. Kawasan Rawan Bencana III (KRB III) merupakan kawasan yang selalu terancam awan panas, gas racun, lahar letusansan, aliran lava, dan kawasan yang sangat berpotensi tertimpa lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat dalam radius 2 km dari pusat erupsi.
2. Kawasan Rawan Bencana II (KRB II) merupakan kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, dan lahar letusan, serta kawasan yang berpotensi tertimpa lahar hujan dan hujan abu lebat dalam radius 5 km dari pusat erupsi.
3. Kawasan Rawan Bencana I (KRB I) merupakan kawasan yang berpotensi terlanda lahar hujan, serta kawasan yang berpotensi tertimpa lahar letusan dalam radius 10 km dari pusat erupsi.
(Prof Amin W)