BLIAD_Bagi masyarakat lereng pegunungan Argopuro bagian Situbondo, situs batu tangga (batu undakan) ini bukanlah sesuatu hal yang baru lagi, tapi bagi kawan pendaki Gunung Argopuro yang berasal dari luar daerah mungkin tidak akan disadari, bahwa selain Situs Rengganis – Argopuro masih ada rangkaian tempat-tempat purbakala bersejarah yang telah mereka lewatkan.
Cagar budaya yang dilindungi pemerintah ini terletak di Dusun Binong Desa Plalangan Kecamatan Sumbermalang atau berada di sebelah barat jalan raya utama sebelum rute pendakian Argopuro Jatim 3088 via Situbondo. Kalau kawan-kawan hendak melakukan pendaki dengan memilih jalur masuk melewati Desa Baderan, maka sekitar -+7 km sebelum sampai di kantor KSDA Hyang timur Baderan, kawan-kawan akan melewati situs batu bersejarah ini. Atau kalau kawan pendaki menggunakan jasa transportasi angkutan umum angkot maupun ojek merasa kebingungan dengan tempat ini bisa langsung bertanya dan meminta berhenti sejenak di tempat Situs Batu Tangga ini, sembari mengambil dokumentasi dalam rangka rangkaian pra pendakian.
Banyak versi sejarah untuk situs batu tangga ini, bahwa batu ini digunakan sebagai tempat pemujaan pada era kejayaan Majapahit, dan versi lain mengatakan konon para nenek moyang membuat batu berbentuk undakan ini karena tepat dibagian atas pada area tersebut terdapat tempat untuk peristirahatan sejenak / petilasan para sesepuh sebelum melanjutkan ritual perjalanannya menuju singgasana kerajaan Dewi Rengganis. tapi apapun versinya yang jelas situs tersebut perlu selalu kita jaga dan lestarikan sebagai Cagar Budaya serta aset daerah yang tak ternilai harganya. dalam hal ini pemerintah juga telah serius menangani situs ini yaitu dengan menempatkan petugas yang secara khusus menangani, menjaga dan merawat situs / cagar budaya tersebut.
namun sebenarnya tidak hanya ditempat itu terdapat petilasan-petilasan peninggalan jaman dulu, masih ada beberapa petilasan lain diantaranya adalah petilasan Penyandaran terdapat di Desa Baderan yang setiap tahun ditempati ritual selamatan desa atau dalam bahasa setempat disebut dengan istilahKadisah.
(Khusus Ritual Tahunan Selamatan Desa Baderan dengan latar Pgunungan Argopuro akan dibahas pada kesempatan selanjutnya)
Adanya petilasan – petilasan atau tempat singgah tersebut sangat masuk akal karena rute perjalanan pada jaman dulu memang cukup jauh apalagi mengingat medan dari Besuki menuju Desa Baderan sampai Argopuro yang cukup sulit dan itu hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, bahkan menurut cerita para orang-orang tua yang berada dilereng Argopuro, untuk berbelanja kebutuhan sandang pangan mereka harus meluangkan waktu khusus dari kampung menuju kota Besuki. Yaitu berangkat pada pukul 2 dini hari dan sampai di kota besuki pada pagi hari, berbelanja segala kebutuhan sampai siang hari kemudian pulang kembali ke kampung pada sore hari. Ini bukan tanpa alasan, karena menurut hemat mereka harus sampai pada pagi hari, saat itu barang-barang dipasar masih lengkap dan dapat terhindar dari terik panas matahari.
Akhirnya dengan masih adanya peninggalan cagar budaya, kita bisa belajar bahwa di masa lalu ada orang-orang hebat yang mungkin mereka telah terlebih dahulu berfikir tentang apa yang bisa mereka tinggalkan dan persembahkan terhadap anak cucu mereka, sehingga dikemudian hari para generasi masa depan dapat mengerti bahwa hidup itu tidak meninggalkan apa-apa kecuali Kenangan
(Argopuro)
0 komentar:
Post a Comment