Selain itu di daerah Sirah kencong ditemukan beberapa peninggalan
purbakala diantaranya empat buah patung raksasa (dwarapala) dengan
ukiran yang sangat sederhana, Dwarajala yang berwujud bunga teratai,
beberapa umpak persegi empat atap candi, kemuncak candi, tempat air dari
perunggu, dua lampu perunggu yang semuannya disimpan di Museum Pusat
Jakarta (inventaris museum no 3685, 3688, 3692, 4385).
Kecuali itu pada tanggal 7 September 1976 diketemukan Dwarapala kecil
dengan ukuran tinggi 32 cm, lebar dan panjang 22cm dan lingkaran
badannya 70 cm dari dukuh Tempursari, Sirah Kencong (Knebel, I910), dua
buah inskripsi bertahun 1389 dan 13…. (dua angka puluhan aus), serta
sebuah pancuran gunung dari batu
(jaladwara). Dilihat dari gaya jaladwara tersebut memberikan petunjuk
adanya persamaan gaya pahatan dari abad ke XI-XII (Nurhayati, 1978:
53-56).
Jaladwara yang dipahat terdiri dari landasan gunung
yang berupa sebuah teratai, bunga teratai ganda yang bulat, diatasnya
menggambarkan kura-kura, dengan kepala menengadah, diatas kura-kura itu
berisi gunungan yang terdiri dari tiga bagian yaitu dewa yang saling
bergandengan, melingkari gunung tersebut. Seekor naga membelit bagian bawah gunung
itu, sedangkan kepala naga tersembul searah dengan kepala kura-kura,
sehingga kedua kepala bersusun menghadap kemuka. Badan naga terbelit
diatas dewa-dewa tersebut. Bagian puncak gunung terdiri atas lima bulatan yang menyerupai mahkota pancuran gunung.
Sebagai latar belakang relief yang menggambarkan naga dan dewa-dewa
ini, yang terdiri dari motif batu karang serta flora. Dengan motif itu
memberi kesan suasana gunung dengan hutan serta hewan-hewan.
Selain itu terdapat Prasasti Tinulad Ukir Negara ditemukan oleh pekerja
perkebunan Komplek Ukir Negara dan diserahkan oleh administrasi
perkebunan tersebut yaitu bapak M.S. soewandhi di kebun milik Komplek
Ukir Negara di Desa Sirah Kencong, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar.
Lempengan-lempengan ini ditemukan bersama-sama sebuah guci bercuping 4.
Prasasti Ukir Negara terdiri dari 8 lempeng tembaga, yang dibagi menjadi
3 bagian, beraksara dan berbahasa Jawa Kuno (Issatriadi, 1975: 1-2 ;
Suhadi, M & Richandiana. K, 1996: 8-12).
0 komentar:
Post a Comment