Bliad.com_Gempa yang terjadi di Jogja 2006, Padang 2009, Bener Meriah Aceh 2012 dan gempa yang terjadi Selandia Baru 2007, Nepal 2015 dan yang terakhir terjadi di Kumamoto dan Ekuador 2016, semuanya gempa dengan pusat gempa di darat....dan beberapa orang menyebut gempa darat.
Saat gempa Jogja 2006 ada ilmu yang harus kita jadikan pelajaran penting di masa depan. Saat itu ada puluhan ribu rumah rusak, roboh rata dengan tanah dan membunuh sebagian orang yang ada di dalamnya serta membuat cacat permanen banyak orang. Pada saat yang sama banyak juga rumah yang masih utuh dan menyelamatkan orang orang yg ada di dalamnya.
Hasul riset geologi terbaru yang dipublikasikan di Geophysical Research Letter mengungkap keberadaan sumber gempa di wilayah Jawa Timur. Sumber Gempa tersebut berasal dari Sesar Kendeng, patahan yang melintang sejauh 300 kilometer dari selatan Semarang, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Ada sejumlah rekaman kejadian gempa pada abad 19 yang diduga berasal dari sesar tersebut. Namun, ketiadaan gempa yang baru membuat para pakar tektonik berpikir bahwa Sesar Kendeng "tidak aktif".
Hasil kolaborasi peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Australia National University (ANU) untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa Sesar Kendeng masih aktif dengan pergerakan 5 mm per tahun. Selama ini gempa di Jawa Timur diasosiasikan dengan aktivitas subduksi di pantai selatan Jawa. Kini ada satu lagi sumber gempa yang harus diwaspadai.
Sesar Kendeng adalah "sambungan" dari Sesar Wetar dan Flores yang "merentang" hingga utara Bali, masuk ke daratan Jawa. Segmen yang berada di daratan Jawa - yang merupakan Sesar Kendeng - dan utara Bali dikonfirmasi sebagai patahan aktif dan bisa menimbulkan gempa. Hasil riset terbaru kami menunjukkan, pergerakan di sebelah utara (back arc Bali-Wetar) lebih aktif. Potensi gempa dari utara Bali hingga Pulau Wetar di atas magnitudo (M) 8.
GEMPA TIDAK MEMBUNUH
Negara Jepang merupakan Negara kepulauan relatip kecil dan terletak di kawasan geologi tektonik aktif dengan banyak gempa dan tsunami sama dengan negara kita. Karena kecilnya kepulauan maka masyarakat Jepang tidak punya pilihan lain, mereka harus menghadapi gempa dan tsunami tersebut. Untuk itu mereka mencatat, meneliti, mengembangkan sistem peringatan dini, mengembangkan bangunan tahan gempa, dan mensosialisasikan hasil penelitiannya. Sosialisasi kepada masyarakat tanpa kecuali baik kepada balita, manula, ibu-ibu hamil, maupun penyandang cacat dan lain-lain. Mereka melakukan gladi atau simulasi menghadapi gempa secara rutin dalam jangka waktu tertentu.
Karena sosialisasi sudah berlangsung lama maka masyarakat Jepang sudah terbangun budaya keselamatan, sehingga saat terjadi gempa mereka reflek akan bersembunyi di bawah meja sampai getaran selesai baru mereka keluar ruangan satu persatu. Tsunami Sendai pada Jumat tanggal 11 Maret 2011 Jepang dihantam gempa 9,0 skala Richter dan diikuti tsunami yang dahsyat, rusaknya infrstruktur, kebakaran hebat, dan rusaknya intalasi nuklir. Gempa dan tsunami ini mirip dengan yang terjadi di Aceh tahun 2004, nanti bisa kita bandingkan jumlah korban dan kerusakan yang terjadi. Tsunami di Aceh jumlah korban lebih dari 167.300 orang sedangkan di Jeang tidak lebih dari 20.000 orang.
KETIDAK TAHUAN DAN TIDAK MAU TAHU TENTANG GEMPA BISA MEMBUAT KITA TERBUNUH.
SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB? NEGARA ARTINYA SETIAP ELEMEN MASYARAKAT BERTANGGUNG JAWAB AKAN HAL INI, khususnya yang mengetahui masalah ini.
Kota Surabaya dan sekitarnya sudah harus mulai berbenah menghadapi GEMPA DARAT. Sumber gempa di selatan Jawa Tinur dengan Magnitudo (M) 8,51 harus juga diperhitungkan pihak provinsi Jawa Timur. Pemerintah Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur bisa bekerjasama dengan perguruan tinggi di Jawa Timur untuk membentuk konsorsium penelitian gempa ini mengingat perguruan tinggi di jatim termasuk perguruan tinggi yg mandiri.
Sumber : Kompas
0 komentar:
Post a Comment